Kalau Rupiah Melemah, Kita Perlu Khawatir Tidak?
Contoh mata uang rupiah (Sumber :depositphotos.com)
Mata uang merupakan suatu wujud nyata yang digunakan untuk melakukan transaksi dalam menjual dan/atau membeli barang. Sebelum adanya mata uang, pada zaman dahulu kala, orang lebih tertarik menggunakan komoditas atau bahan baku alam dalam melakukan transaksi keuangan. Hal ini lebih dikenal dengan barter. Pada tahun 1880-an, terdapat jasa untuk menyimpan uang yang dikenal dengan banco di Italia. Sejak saat itu, jasa ini telah dikenal ke berbagai negara, dan dikenal di Indonesia sebagai bank. Bank adalah lembaga yang menghimpun dana dari nasabah dan meminjamkan dananya ke masyarakat umum yang membutuhkan bantuan. Kenapa suatu bank meminjamkan dananya ke masyarakat umum? Guna mencapai profit atau keuntungan. Bunga yang ditetapkan untuk peminjaman dana pun lebih tinggi dibandingkan dengan bunga penyimpanan dana di bank.
Di Indonesia, kinerja dan performa bank diatur oleh otoritas Bank Indonesia. Hal ini diatur dalam UU nomor 39 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Termaktub dalam UU tersebut, bank Indonesia didirikan pada tanggal 17 Mei 1951. Segala pengaturan suku bunga BI atau yang dikenal dengan SBI, mengikuti penetapan suku bunga yang ditetapkan oleh Fed yang ada di Amerika Serikat. Pada bulan Mei 2025, akibat kebijakan yang dikenan Trump, mata uang rupiah mengalami penekanan yang cukup parah. Karena Amerika Serikat merupakan negara adidaya, hal ini lantas berpengaruh pada kondisi makroekonomi di negara lain.
Lantas, apa resiko dari pelemahan Rupiah?
1. Meningkatknya harga barang impor
Dengan meningkatnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat, lantas yang terjadi adalah meningkatnya harga barang impor. Hal ini akan berimbas pada penurunan kinerja ekspor pada suatu negara. Langkah strategis yang perlu dilakukan adalah meningkatkan performa ekspor dengan meningkatkan nilai tambah pada komoditi yang akan diperjualbelikan. Apabila nilai impor yang harus dibayar tinggi, maka pajak pertambahan nilai dan pajak penghasilan pasal 22 yang terkait dengan impor barang dari luar pabean juga meningkat pula, karena persentasenya harus dikalikan dengan nilai impor. Dengan adanya peningkatan pajak, maka bisa memicu kontroversi, seperti menurunnya pendapatan pajak dikarenakan menurunnya penghasilan yang diterima oleh rakyat dan imbasnya penurunan lapangan pekerjaan.
2. Pasar saham yang tidak stabil
Ketika suku bunga mulai meningkat, maka akan mempengaruhi gejolak dunia investasi saham pula. Hal ini akan berpengaruh pada kepercayaan investor asing pada gejala politik yang terjadi di suatu negara. Apabila kondisi politik di suatu negara tidak stabil, maka investor akan perlahan-perlahan pergi dari Indonesia untuk menanamkan modalnya di negara lain yang memiliki kestabilan politik yang lebih terjamin. Contoh kasus adalah ketika terdengar kabar angin bahwa Ibu Sri Mulyani akan digantikan oleh Menteri Keuangan yang baru. Kabar tersebut berpengaruh terhadap gejolak dunia investasi Indonesia yang menyoroti memburuknya indeks saham gabungan.
Begitulah sebagian dari risiko melemahnya nilai tukar rupiah di kancah internasional. Masih banyak lagi permasalahaan mikroekonomi yang ditimbulkan dari pokok permasalahan ini. Semoga ke depannya Indonesia dapat menjaga kinerja ekspor dan memacu pertumbuhan ekonomi negaranya.
Referensi :
Warjiyo P, Juhro SM. 2011. Kebijakan Bank Sentral : Teori dan Praktis. Jakarta (ID): Rajawali Press.
Komentar
Posting Komentar